Fungsi EGR dan Gejala Kerusakannya
Didalam mobil ada komponen yang bernama EGR ini adalah sebuah inovasi atau perkembangan teknologi mesin untuk memaksimalkan performa dari mesin. EGR atau Exhaust Gas Recirculating merupakan teknologi yang petama kali di buat pada era 70 an.
Sistem EGR pertama kali diterapkan pada mesin mobil sekitar awal tahun 1973, dan saat ini hampir seluruh pabrikan mobil didunia ataupun yang menjual produknya di Indonesia sudah menerapkan teknologi ini pada mesin-mesinnya. Jika terjadi gangguan pada sistem EGR, misalnya terdapat kebocoran dan mengakibatkan sistem EGR tidak dapat bekerja, maka akan menimbulkan beberapa gejala pada mesin, seperti:
- Detonasi (knocking) saat akselerasi atau beban berat
- Putaran idle (stasioner) mesin menjadi kasar
- Mesin menjadi pincang seakan busi mati
- Mesin menjadi susah untuk hidup
EGR berfungsi megurangi pembentukan gas NOx dengan cara mensirkulasikan sejumlah kecil gas buang kembali ke dalam ruang bakar melalui intake manifold. Jumlah gas buang yang disirkulasikan ke intake manifold hanya sekitar 6 sampai 10%, dimana hal itu sudah cukup untuk "merusak" campuran bahan bakar dan udara yang akan memberikan efek "mendinginkan" temperatur ruang bakar.
Cara Kerja Sistem Exhaust Gas Recirculation (EGR)
Gas buang disirkulasikan kembali ke dalam ruang bakar melalui sebuah saluran yang dipasang antara saluran intake dan exhaust manifold. Kevakuman di dalam intake manifold akan menghisap gas buang masuk ke dalam mesin. Banyaknya gas buang yang disirkulasikan kembali ke dalam mesin harus dikontrol secara presisi karena jika berlebihan dapat memberikan dampak negatif pada mesin, seperti: putaran idle yang tidak stabil, penurunan tenaga mesin dll.
Komentar
Posting Komentar